Aikido
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Aikido 合気道 |
|
---|---|
salah satu teknik Aikido yaitu (shihōnage) |
|
Fokus | Berjarak |
Negara asal | Jepang |
Pencipta | Morihei Ueshiba |
Seni pendahulu | aiki-jutsu; judo; jujutsu; kenjutsu; sōjutsu |
Praktisi ternama | Shingen Takeda |
Olahraga Olimpiade | Tidak |
Daftar isi |
Aikido Indonesia
Secara istilah "Aikido Indonesia" pertama kali digunakan oleh Perguruan Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan "Keluarga Beladiri Aikido Indonesia" yang biasanya dikenal dengan istilah umum "KBAI". Yayasan KBAI ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali, Bapak. Drs Muhammad Razif dan Ir. Ferdiansyah. Sedangkan aikido di Indonesia secara organisasi telah di organisir pertama kali oleh organisasi yang juga berbentuk yayasan, yaitu "Yayasan Indonesia Aikikai" atau "YIA" pada tahun 1984. Sedangkan menurut informasi lisan (penuturan), sejarah perkembangan aikido di Indonesia telah mulai berkembang sejak sekitar tahun 1970, bersamaan dengan kembalinya para putera Indonesia yang lulus sarjana dari Jepang yang disekolahkan Pemerintah RI sebagai akibat pampasan perang Jepang. Perkembangan aikido dan beladiri impor lainnya dari Jepang sebenarnya tumbuh dalam kurun waktu yang kurang lebih sama. Tetapi seni beladiri Kempo, Karate, Jujitsu dan Judo menjadi lebih dahulu populer dibandingkan Aikido pada masa itu. Dan pada kenyataannya seni beladiri aikido baru mulai tumbuh sejak tahun 1990 di Indonesia.Sejarah
Aikido diformulasikan sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an hingga pada bentuknya yang sekarang oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai o-sensei 大先生、翁先生 " guru besar"),[2]. Ueshiba memperkaya dan mengembangkan Aikido dengan berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama)[3] selain "basis"-nya Daito ryu, menjadi suatu seni beladiri yang unik.[1] Morihei Ueshiba sebagai seorang murid merupakan murid yang berbakat dan mengabdi pada gurunya yaitu Sokaku Takeda. Sokaku Takeda memberi lisensi kelengkapan ilmunya kepada Morihei Ueshiba dalam bentuk "Mokuroku". Dengan lisensi tersebut Morihei Ueshiba mendirikan sekolah pertamanya dengan nama "Ueshiba Ryu Daito Aiki jutsu" yang kemudian berubah nama menjadi "Aiki Budo" dan akhirnya disempurnakan dengan nama "Aikido".Dojo pertama Aikido didirikannya di Tokyo dan hingga saat ini masih tetap ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo, sebagai pusat pengembangan aikido di seluruh dunia.Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai sebuah seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal.[4] Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia. Ueshiba meninggal pada tanggal 26 April 1969 karena penyakit kanker,[5] namun Aikido tetap berkembang pesat setelah kematiannya.
Etimologi dan filsafat
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata "aikido" berasal dari tiga huruf kanji:Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.[6] Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan.
Teknik
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan kecepatan, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan yang tampak sama dengan bantingan.[3] Di banyak perguruan aikido, teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan atau malah dihilangkan. Sebenarnya teknik pukulan dan tendangan di dalam aikido tidak dikenal sedemikian sempitnya, sehingga terdapat istilah "atemi", sebagai suatu cara untuk menggunakan segala kemungkinan seluas-luasnya dalam mendaya gunakan tubuh untuk memukul-menendang dan setaranya (termasuk menggunakan dahi, siku, lutut dan lainnya). Walaupun demikian, dengan berbagai alasan teknik atemi ini cenderung ditinggalkan atau dihilangkan oleh banyak perguruan aikido.Keunikan aikido adalah geraknya yang hampir tidak pernah mundur dalam mengatasi berbagai jenis serangan. Gerakannya cenderung melingkar dibandingkan lurus-lurus. Di dalam konsep gerak inilah kita akan banyak memahami secara nyata falsafah aikido dalam artian sebenarnya. Banyak orang tertarik belajar aikido dimulai karena ketertarikannya pada falsafahnya yang cukup tinggi. Tetapi, uniknya justru terletak pada kesinambungan pemahaman antara seorang praktisi dengan seorang filsuf. Sehingga, saran setiap guru aikido kepada mereka yang ingin mengetahui aikido secara cermat adalah dengan "latihan".
Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki, membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum Aikido dapat golongkan sebagai beladiri kuncian dan pergumulan (Inggris: grappling).[3]
Aikido tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, seperti beladiri pada umumnya untuk tujuan pemasyarakatannya. Namun cara yang dipergunakan aikido untuk memasyarakatkan dirinya adalah dengan sistem embukai atau sejenis peragaan dalam seni gerak bela diri.
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang "teknik" (Inggris: style) yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya.[3] lebih menekankan teknik-tekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage).
Sistem tingkatan
tingkat | sabuk | warna | tipe |
---|---|---|---|
kyū | putih | mudansha | |
shodan | hitam | yūdansha |
Praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula dojo yang menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama.[6] Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
Referensi
- ^ a b Stevens, John (1984). Aikido: The Way of Harmony. Boston, Massachusetts: Shambhala. hlm. 3–17. ISBN 978-0394714264.
- ^ Pranin, Stanley (2007). "O-Sensei". Encyclopedia of Aikido.
- ^ a b c d Pranin, Stanley (2006). "Aikido". Encyclopedia of Aikido.
- ^ Saotome, Mitsugi (1989). The Principles of Aikido. Boston, Massachusetts: Shambhala. hlm. 222. ISBN 978-0877734093.
- ^ Interview with Shoji Nishio (1984), Part 1 "Wajahnya benar-benar indah seperti topeng wajah Noh orang tua. Jika seseorang meninggal karena kanker, biasanya mengalami penderitaan dan rasa sakit terpancar pada wajah. Tapi, itu tidak terjadi pada O-Sensei. Wajahnya benar-benar indah."
- ^ a b Westbrook, Adele (1970). Aikido and the Dynamic Sphere. Tokyo, Jepang: Charles E. Tuttle Company. hlm. 16–96. ISBN 978-0804800044.
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai: |
- Institus Aikido Indonesia
- (http://www.redaiki.org)Red Aiki Club
- [1] Keluarga Beladiri Aikido Indonesia.
- Takiotoshi Nagare Takiotoshi Nagare Aikido Indonesia.
- The AikiWiki Dikelola oleh AikiWeb
- The Aikido FAQ Suatu koleksi esai, multimedia, dan humor.
- AikiWeb Aikido Information Situs komprehensif Aikido, meliputi: esei, forum, berkas, ulasan, kolom, dan informasi lainnya. Konten penting: Search engine dojo Aikido.
- Aikido Journal Website Sumber komprehensif tentang informasi latar belakang Aikodo.
- The Aikido, Morihei Ueshiba
bela diri itu penting karena dengan bisa menguasai teknik bela diri membuat orang bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik tidak perlu ,khawatir .selain itu bisa membantu orang yang sedang mengalami kesusahan....>_<
ReplyDeleteI appreciated your work very thanks aikido
ReplyDelete